Setiap daerah di Indonesia ini selalu mempunyai keunikan masing-masing yang menjadi ciri khas dan simbol budaya di daerah tersebut. Simbol atau ciri khas tersebut dapat berupa makanan, kesenian, adat, hingga rumah adat. Salah satu contohnya yaitu rumah adat Betawi yang mempunyai banyak jenis. Rumah adat tersebut juga memiliki makna filosofi yang sangat kental kaitannya dengan sejarah dan kehidupan. Sehingga masih dilestarikan hingga saat ini sebagai warisan leluhur yang memiliki keunikan tersendiri.
Meski sudah berubah menjadi kota metropolitan, ternyata masih ada sebagian orang yang masih mempertahankan keunikan rumah tradisional suku asli Jakarta ini sebagai rumah hunian mereka. Bahkan ditengah arus modernisasi beberapa berusaha mengkolaborasikan antara arsitektur modern dengan tradisional. Sehingga hasilnya lebih unik, eksotis, selaras meski terbalut nuansa modern.
Siapa yang tidak mengenal suku Betawi? suku asli yang menempati ibu kota Indonesia ini ternyata menyimpan banyak sekali kearifan lokal. Seperti suku lain di Indonesia pada umumnya, Betawi juga mempunyai sejumlah karakter yang menunjukkan identitas serta budaya mereka. Mulai dari baju ujung serong, golok, dan terutama rumah adat mereka. Nah, khusus untuk rumah adat ini ada beberapa fakta unik yang mungkin belum Anda ketahui. Penasaran apa saja? Yuk simak ulasan ringan berikut ini.
Rumah adat suku asli Jakarta ini sangat erat kaitannya dengan sejarah keberadaan masyarakatnya. Betawi sendiri berasal dari kata Batavia yang merupakan sebutan Jakarta pada masa kolonial Belanda. Sedangkan asal-usul suku Betawi sendiri merupakan masyarakat yang mendiami Jakarta. Gabungan dari berbagai suku di Indonesia seperti Jawa, Sunda, Bali, Makassar yang didatangkan oleh Belanda. Dari akulturasi budaya beberapa suku tersebut kemudian memengaruhi model hunian. Jika dilihat lebih mendalam rumah adat ini merupakan perpaduan dari unsur budaya internasional saat itu yaitu Belanda dan lokal. Lebih tepatnya Jawa dan Sunda sehingga bentuknya mirip dengan rumah joglo jawa dan panggung Sunda. Selain itu ornamen pintu dan jendelanya juga dipengaruhi oleh budaya luar seperti Arab, Cina dan Eropa.
Ciri khas rumah adat Betawi juga dapat dilihat dari bentuk teras rumah yang luas. Teras merupakan tempat mereka menjamu para tamu dan bersantai bersama keluarga. Di teras tersebut terdapat kursi bale-bale dari rotan dan amben kayu jati. Selain itu lantainya diberi nama jegogan, sebagai simbol penghormatan terhadap tamu. Bagi masyarakat betawi teras memiliki nilai filosofis yaitu keterbukaan dalam menyambut orang baru dan tamu yang datang ke rumah. Pagar yang ada di teras juga bermakna sebagai penghalang hal negatif dari luar rumah. Sehingga aura negatif tidak bisa masuk ke rumah tersebut.
Rumah adat masyarakat betawi biasanya terdiri dari beberapa bagian atau ruangan dengan fungsi dan kegunaan yang berbeda-beda. Di antara bagian rumah tersebut adalah teras. Seperti keterangan di atas, terdapat kursi dan dipan untuk menerima tamu. Bagian ini selalu dibersihkan setiap hari sebagai bentuk penghormatan kepada tamu yang akan datang. Paseban atau kamar yang khusus digunakan untuk tamu yang menginap dan tempat untuk beribadah ruang keluarga atau pangkeng berfungsi sebagai tempat untuk berkumpul satu keluarga. Ruang tidur yang sejumlah anggota keluarga dan satu ruangan besar khusus pemilik rumah. Dan srodoyan atau dapur untuk memasak dan ruang makan.
Secara resmi rumah adat dari masyarakat suku Betawi adalah rumah kebaya. Akan tetapi, selain rumah kebaya masih ada model rumah adat lainnya yang merupakan satu kesatuan dengan budaya Betawi. Rumah-rumah tersebut adalah rumah panggung, gudang dan jiglo. Keberadaannya diakui dan masih terus dilestarikan sebagai warisan budaya leluhur. Perbedaan yang ada pada arsitekturnya lebih dipengaruhi oleh faktor lokasi dan adat yang berkembang disekitarnya. Berikut ulasan lebih jelas terkait rumah-rumah tersebut.
Nama rumah adat Betawi ini sekilas seperti jenis pakaian nasional Indonesia. Di balik sebutan tersebut, alasan penggunaan nama ini adalah bentuk atap rumah yang menyerupai sebuah pelana yang dilipat. Jika dilihat dari samping, lipatan tersebut seperti layaknya sebuah lipatan kebaya. Pada rumah kebaya, masyarakat betawi membagi rumah menjadi dua bagian. Semi publik yang ada di bagian depan seperti teras dan ruang tamu. Area pribadi terletak di belakang seperti ruang makan, kamar tidur, dan pekarangan belakang. Khusus area ini hanya bisa dilihat oleh pemilik rumah dan orang dekat mereka.
Jika Anda pernah mengunjungi rumah legende betawi si pitung, itulah model rumah panggung betawi. Biasanya dapat ditemukan di daerah pesisir pantai dan dekat kawasan rawa. Sengaja dibuat sesuai dengan kondisi sekitar sehingga ketikan air pasang dan masuk permukiman maka rumah tetap aman. Untuk material bangunan yang digunakan rumah panggung ini sebagian besar menggunakan bahan kayu. Alasannya yaitu mudah dibentuk dan mudah ditemukan oleh masyarakat waktu itu. Pada rumah ini bisa ditemukan ornamen Betawi yang unik seperti belah ketupat, lingkaran hingga segi empat. Ornamen tersebut biasanya ditemukan di pintu, jendela dan bagian rumah lainnya.
Model rumah adat betawi selanjutnya adalah rumah gudang. Seperti penjelasan sebelumnya bahwa ada aturan yang hanya mengizinkan membangun rumah di area pesisir pantai dan pedalaman. Nah, rumah gudang ini adalah jenis rumah yang dapat ditemukan di kawasan pedalaman. Biasanya memanjang dan berbentuk segi panjang. Atap terdiri dari dua struktur berbentuk pelana dengan hiasan periasi atau jurai. Selain itu pada atap juga terdapat struktur kuda-kuda. Sedangkan untuk bagian rumahnya sendiri terdiri dari dua bagian, Diantaranya bagian depan untuk menerima tamu dan bagian tengah untuk dapur dan ruang tidur.
Beberapa orang menganggap bahwa rumah adat joglo sama dengan kebaya. Meski demikian, ketika dilihat secara teliti, keduanya memiliki perbedaan mencolok. Hal ini dapat dilihat dari model atap rumah yang digunakan. rumah joglo lebih menyerupai seperti layaknya perahu terbalik, bukan seperti pelana. Perlu diketahui, meski nama rumah ini seperti rumah adat Jawa Tengah, tetapi sebenarnya sangat berbeda. Rumah joglo yang ada di Betawi tidak memiliki tiang penyangga atau dalam bahasa jawa disebut soko. Dari bentuknya rumah adat ini berbentuk bujur sangkar dan terdiri dari tiga bagian yaitu depan, tengah, dan belakang. Ruang depan untuk menerima tamu, tengah untuk ruang pribadi dan ruang belakang sebagai dapur dan kamar mandi. Secara kelas sosial, rumah joglo betawi hanya dimiliki oleh orang dengan status sosial tinggi karena dibangun dengan material kayu berkualitas dan terletak di kawasan perkotaan.
Ulasan di atas merupakan bebrapa fata unik rumah adat Betawi sekaligus jenisnya. Sebagai generasi penerus, kita wajib mengetahui dan melestarikan agar tetap lestari ditengah perkembangan modernitas kota Jakarta.
Dapatkan Saran Properti dari Komunitas