Arsitektur rumah Jawa dapat ditandai dengan adanya aturan hierarki yang dominan seperti yang tercermin pada bentuk atap rumah. Rumah tradisional Jawa memiliki tata letak yang sangat mirip antara satu dengan lainnya, tetapi bentuk atap ditentukan oleh status sosial dan ekonomi dari pemilik rumah.
Arsitektur tradisional rumah Jawa banyak dipengaruhi oleh arsitektur pada zaman kolonial Belanda di Indonesia, gaya arsitektur ini juga sangat berkontribusi pada perkembangan arsitektur modern di Indonesia pada abad ke-20.
Sesuai dengan struktur masyarakat Jawa dan tradisinya, rumah-rumah tradisional Jawa diklasifikasikan menurut bentuk atap mereka dari yang terendah ke tertinggi, yaitu Kampung, Limasan, dan Joglo.
Tidak berbeda dengan rumah tradisional Bali, rumah Jawa biasanya dibangun dalam suatu kompleks berdinding. Bahan untuk dinding pelindung kompleks rumah dibuat dari batu, bambu, dan kayu diperuntukan untuk rumah orang kaya. Rumah tradisional orang Jawa ideal nya terdiri atas tiga bangunan utama, yaitu Omah, Pendapa, dan Peringgitan.
Dalem adalah bangunan tertutup yang dibagi sepanjang poros Utara dan Selatan menjadi daerah-daerah yang berbeda. Pada model rumah Kampung dan Limasan, pembagian ini digunakan untuk membedakan antara bagian depan dan belakang. Namun, pada rumah Joglo terdapat tiga pembagian yang lebih rumit, antara depan, tengah, dan belakang. Bagian Timur depan Dalem adalah tempat berlangsungnya kegiatan semua anggota keluarga dan tempat semua anggota keluarga tidur pada sebuah ranjang bambu, sebelum pubertas anak-anak. Bagian tengah Dalem rumah Joglo ditegaskan oleh empat tiang pokok. Saat ini, bagian itu tidak lagi memiliki kegunaan khusus namun, secara tradisional daerah ini merupakan tempat pedupaan yang dibakar sekali dalam seminggu untuk menghormati Dewi Sri (dewi padi), dan juga merupakan tempat pengantin pria dan wanita duduk pada upacara pernikahan.
Senthong merupakan bagian belakang omah yang terdiri dari tiga ruangan tertutup. Senthong Barat merupakan tempat menyimpan beras dan hasil pertanian lainnya, sementara peralatan bertani disimpan di sisi Timur. Senthong secara tradisional merupakan ruangan yang dihias semewah mungkin atau lebih dikenal sebagai tempat tinggal tetap dari Dewi Sri. Pasangan pengantin baru terkadang tidur di Senthong tengah.
Di bagian luar atau belakang kompleks terdapat beberapa bangunan lain seperti dapur dan kamar mandi. Sebuah sumur biasanya ditempatkan di sisi Timur karena, sumur yang berfungsi sebagai penyedia air dianggap sebagai sumber kehidupan dan selalu menjadi hal pertama yang harus diselesaikan ketika membangun sebuah kompleks rumah baru. Jika jumlah anggota keluarga atau kekayaan keluarga bertambah, bangunan-bangunan tambahan (gandhok) dapat ditambahkan.
Dapatkan Saran Properti dari Komunitas